JUDUL : LAPORAN PRAKTIKUM LUMUT (BRYOPHYTA)
DAN PAKU (PTERIDOPHYTA)
TUJUAN : 1.
Mengetahui berbagai macam spesies dari lumut dan paku serta ciri- cirinya
2. Mendeskripsikan
jenis-jenis lumut dan paku menurut klasifikasinya
ALAT
DAN BAHAN
-
Tumbuhan paku
·
Jenis - jenis tumbuhan
paku
·
Kertas HVS
·
Pensil
-
Tumbuhan lumut
·
Jenis – jenis tumbuhan
lumut
·
Kertas HVS
·
pensil
LANGKAH
KERJA
1. Mengambil
preparat yang sudah ditentukan
2. Mengamati
gambar morfologi dan sebutkan bagian dari preparat
3. Membuat
deskripsi sementara yang meliputi bentuk dan klasifikasinya. Jangan lupa
mendokumentasikan gambar.
4. Melakukan
kegiatan tersebut diatas pada preparat-preparat lainnya.
DASAR
TEORI
A.
LUMUT
(BRYOPHYTA)
Lumut merupakan
tumbuhan kecil, lembut yang apakah secara khas tinggi 1-10 cm ( 0.4-4 inchi), meskipun beberapa jenis
adalah banyak lebih besar. Mereka biasanya tumbuh berdekatan bersama-sama di
dalam keset / dasar, perdu atau di tempat rindang. Mereka tidak mempunyai bunga
atau biji, dan daun-daun yang sederhananya menutupi batang liat yang tipis.
Pada lumut tertentu menghasilkan capsule spora yang nampak seperti paruh yang
dilahirkan pada tangkai tipis. Ada kira-kira 10,000 jenis lumut digolongkan
pada Bryophyta. Sekarang ini lain, dua
kelompok Bryophyta adalah ditempatkan dalam divis tersendiri.Tumbuhan Bryophyta
merupakan tumbuhan yang paling primitive yang tidak memiliki akar sesungguhnya,
batang, atau tangkai. Mereka ada sejak lima ratus juta tahun.Bryophyta
merupakan tumbuhan kecil, herbaceous yang tumbuh tertutup, selalu berkumpul
menjadi alas bebatuan, tanah, ataupun menjadi epifit pada batang dan cabang tanaman.
Tumbuhan lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi dari pada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta. Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut hati ke dalam divisio baru. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (Sphagnum sp.).Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karen itu, tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan tumbuhan berkormus (Kormophyta).
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler. Mereka dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan multi-cellular mereka rhizoids. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu. sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependent pada atas gametophyte. Ini adalah berlawanan dengan pola aturan yang diperlihatkan oleh kebanyakan “tumbuhan tingkat tinggi”. Di dalam tumbuhan vaskuler, sebagai contoh, haploid generasi diwakili oleh pollen dan ovule, sedang diploid generasi adalah tumbuhan berbunga yang umum dikenal.
Ciri - ciri tubuh lumut sebagai berikut :
Tumbuhan lumut termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang filogenetiknya lebih tinggi dari pada golongan algae karena dalam susunan tubuhnya sudah ada penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup di darat, gametangium dan sporangiumnya multiseluler, dan dalam perkembangan sporofitnya sudah membentuk embrio. Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, “lumut”).Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: “serupa akar”). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta. Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisah lumut hati ke dalam divisio baru. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki “taman lumut” yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.Lumut merupakan tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah. Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (Sphagnum sp.).Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karen itu, tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan tumbuhan berkormus (Kormophyta).
Secara ilmu tumbuhan, lumut termasuk Bryophyta, atau tumbuhan non vaskuler. Mereka dapat dibedakan dari yang serupa liverworts ( Marchantiophyta atau Hepaticae) dengan multi-cellular mereka rhizoids. Lain perbedaan bukanlah universal untuk semua lumut dan semua liverworts, yang membedakan “batang” dan “daun-daun”, ketiadaan daun-daun yang terbagi-bagi atau berlekuk, dan ketidakhadiran daun-daun diatur dalam tiga golongan, semua menunjuk tumbuhan lumut. Sebagai tambahan terhadap kekurangan suatu sistem vaskuler, lumut mempunyai gametophyte-dominant siklus hidup, yaitu. sel haploid untuk kebanyakan siklus hidupnya. Sporophytes (diploid) berumur pendek dan dependent pada atas gametophyte. Ini adalah berlawanan dengan pola aturan yang diperlihatkan oleh kebanyakan “tumbuhan tingkat tinggi”. Di dalam tumbuhan vaskuler, sebagai contoh, haploid generasi diwakili oleh pollen dan ovule, sedang diploid generasi adalah tumbuhan berbunga yang umum dikenal.
Ciri - ciri tubuh lumut sebagai berikut :
1.
Sel - sel penyusun tubuhnya telah memiliki
dinding sel yang terdiri dari selulosa.
2.
Daun lumut umumnya setebal satu lapis
sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel - sel daun kecil,
sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di
antaranya terdapat sel - sel mati yang besar - besar dengan penebalan dinding
dalamnya berbentuk spiral. Sel - sel yang mati ini berguna sebagai tempat
persediaan air dan cadangan makanan.
3.
Pada tumbuhan lumut hanya terdapat
pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Pada ujung batang
terdapat titk tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula itu
biasanya berbentuk bidan empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel
- sel baru ke tiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin
disebabkan tidak adanya sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan
penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
4.
Rizoid tampak seperti rambut atau
benang - benang. Berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan
menyerap air serta garam - garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu
deret sel yang memanjang kadang - kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
5.
Struktur sporofit (sporangium) tubuh
lumut terdiri atas:
a. vaginula, yaitu kaki yang
diselubungi sisa dinding arkegonium.
b. seta atau tangkai.
c. apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora.
d. kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora.
e. kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki kloroplas sehingga dapat berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
b. seta atau tangkai.
c. apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora.
d. kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora.
e. kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki kloroplas sehingga dapat berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
6. Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan
Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang
dihasilkna oleh sel telur.
7. Sporogonium adalah badan penghasil spora,
dengan bagian bagian :- Vaginula (kaki) - Seta (tangkai) - Apofisis (ujung seta
yang melebar) - Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam
kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
8. Struktur
tubuh tumbuhan lumut sebagai berikut.
a. Akar
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.
b. Batang
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut. Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut. Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.
c. Daun
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan mengandung kloroplas.
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan mengandung kloroplas.
9.
Struktur Capsule
Di antara Bryopsida, struktur capsule (sporangium) dan pola aturan pengembangannya adalah kedua-duanya sangat bermanfaat untuk menggolongkan dan untuk mengidentifikasi famili-famili lumut. Kebanyakan Bryopsida menghasilkan suatu capsule dengan suatu penutup (operculum) yang jatuh, ketika spora dewasa dan siap membelah. Diawali dengan menghubungi stoma dan dikelilingi oleh satu atau dua peristomes. Peristome adalah suatu cincin / arena bersegi tiga “gigi” yang dibentuk dari sisa-sisa dinding sel yang secara khusus dikentalkan. Pada umumnya ada seperti gigi dalam peristome tunggal, dan dalam Bryopsida adalah gigi terpisah satu sama lain dan mampu kedua-duanya melipat untuk menutupi stoma sebaik seperti halnya untuk membuka stoma. Artikulasi ini dikelompokkan Arthrodontous.Ada dua dasar Arthrodontous peristome types. Pertama dimasukkan Haplolepidous dan terdiri dari lingkaran tunggal 16 peristome gigi. Kedua adalah Diplolepidous peristome ditemukan pada subclass Bryidae. Pada jenis ini, ada dua cincin / arena peristome teeth-an endostome bagian dalam (yang pendek endoperistome) dan exostome. Endostome adalah suatu selaput yang lebih menarik, dan gigi nya. Ada beberapa Bryopsida yang tidak punya peristome dalam capsule mereka. Lumut ini masih mengalami divisi sel yang sama mempola di (dalam) pengembangan capsule, tetapi gigi tidak secara penuh berkembang.Andreaeopsida dan Andreaeobryopsida apakah dibedakan oleh Biseriate (dua baris sel) rhizoids, multiseriate (banyak baris sel) protonema, dan sporangium yang merobek sepanjang bentuk membujur. Kebanyakan lumut mempunyai capsule yang membuka ada di puncak. Sphagnopsida, peat-mosses, menjadi anggota keduanya yang hidup / tinggal jenis Ambuchanania dan Sphagnum, seperti halnya fosil taxa. Kebanyakan lumut ini bentuk extensive acidic di tanah rawa. Daun-daun Sphagnum mempunyai sel yang mati yang bertukar-tukar dengan sel photosynthetic hidup. Sel yang mati membantu menyimpan air. Kecuali karakter ini, bercabang unik, thallose (diperluas dan flat / kempes) protonema, dan dengan kenampakkan sporangium menempatkannya terlepas dari lain lumut. Polytrichopsida mempunyai daun-daun dengan lamellae, yang adalah penutup pada daun-daun yang kelihatan seperti sirip pada suatu heat sink. Ini membantu mempertahankan kelembaban. Mereka berbeda dengan lain lumut lain dari anatomi dan pengembangan juga, dan dapat juga menjadi lebih besar dari hampir semua lumut, dengan e.g. Polytrichum commune yang membentuk bantal mencapai tinggi 40 cm (16 inch). Lumut daratan yang paling tinggi, anggota Polytrichidae Dawsonia superba, asli Selandia Baru dan Australia Austria.
Di antara Bryopsida, struktur capsule (sporangium) dan pola aturan pengembangannya adalah kedua-duanya sangat bermanfaat untuk menggolongkan dan untuk mengidentifikasi famili-famili lumut. Kebanyakan Bryopsida menghasilkan suatu capsule dengan suatu penutup (operculum) yang jatuh, ketika spora dewasa dan siap membelah. Diawali dengan menghubungi stoma dan dikelilingi oleh satu atau dua peristomes. Peristome adalah suatu cincin / arena bersegi tiga “gigi” yang dibentuk dari sisa-sisa dinding sel yang secara khusus dikentalkan. Pada umumnya ada seperti gigi dalam peristome tunggal, dan dalam Bryopsida adalah gigi terpisah satu sama lain dan mampu kedua-duanya melipat untuk menutupi stoma sebaik seperti halnya untuk membuka stoma. Artikulasi ini dikelompokkan Arthrodontous.Ada dua dasar Arthrodontous peristome types. Pertama dimasukkan Haplolepidous dan terdiri dari lingkaran tunggal 16 peristome gigi. Kedua adalah Diplolepidous peristome ditemukan pada subclass Bryidae. Pada jenis ini, ada dua cincin / arena peristome teeth-an endostome bagian dalam (yang pendek endoperistome) dan exostome. Endostome adalah suatu selaput yang lebih menarik, dan gigi nya. Ada beberapa Bryopsida yang tidak punya peristome dalam capsule mereka. Lumut ini masih mengalami divisi sel yang sama mempola di (dalam) pengembangan capsule, tetapi gigi tidak secara penuh berkembang.Andreaeopsida dan Andreaeobryopsida apakah dibedakan oleh Biseriate (dua baris sel) rhizoids, multiseriate (banyak baris sel) protonema, dan sporangium yang merobek sepanjang bentuk membujur. Kebanyakan lumut mempunyai capsule yang membuka ada di puncak. Sphagnopsida, peat-mosses, menjadi anggota keduanya yang hidup / tinggal jenis Ambuchanania dan Sphagnum, seperti halnya fosil taxa. Kebanyakan lumut ini bentuk extensive acidic di tanah rawa. Daun-daun Sphagnum mempunyai sel yang mati yang bertukar-tukar dengan sel photosynthetic hidup. Sel yang mati membantu menyimpan air. Kecuali karakter ini, bercabang unik, thallose (diperluas dan flat / kempes) protonema, dan dengan kenampakkan sporangium menempatkannya terlepas dari lain lumut. Polytrichopsida mempunyai daun-daun dengan lamellae, yang adalah penutup pada daun-daun yang kelihatan seperti sirip pada suatu heat sink. Ini membantu mempertahankan kelembaban. Mereka berbeda dengan lain lumut lain dari anatomi dan pengembangan juga, dan dapat juga menjadi lebih besar dari hampir semua lumut, dengan e.g. Polytrichum commune yang membentuk bantal mencapai tinggi 40 cm (16 inch). Lumut daratan yang paling tinggi, anggota Polytrichidae Dawsonia superba, asli Selandia Baru dan Australia Austria.
10. Silkus hidup
Terdapat 2 fase,
yaitu fase haploid (merupakan generasi seksual atau generasi gametofit) dan
fase diploid (generasi aseksual atau sporofit)
a. Gametofit adalah generasi pembentuk gamet, membentuk talus yg
sederhana, merupakan tumbuhan yg hidup bebas
b. Sporofit adalah sporogonium, yaitu generasi yg menghasilkan spora,
merupakan suatu badan yg dibedakan atas kaki, seta dan kapsul
c. Tumbuhan lumut dikatakan mempunyai generasi yg heteromorfik karena
sporofit berbeda dengan gametofit
d. Sporofit menghasilkan spora yg bentuk dan ukurannya sama, disebut
homospor atau isospor
e. Spora tumbuh menjadi protonema, selanjutnya tumbuh tumbuhan lumut yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila terjadi pembuahan terbentuklah
zigot yang akan tumbuh menjadi embrio, selanjutnya akan berkembang menjadi
sporogonium (selama hidupnya tetap tinggal pada gametofit), Di dalam
sporogonium terjadi reduksi akhirnya ternemtuk spora.
f. Apabila lingkungan tidak memenuhi syarat, maka dapat terjadi
penyimpangan dari siklus hidup yg normal, yaitu terjadi peristiwa :
-
Apogami : terbentuknya sporofit
tanpa melalui persatuan gamet, misalnya sel telur yg tidak dibuahi tumbuh
membentuk sporofit
-
Apospori : terbentunya gametofit
tanpa melalui pembentukan spora, misalnya beberapa sel dari sporofit (mungkin
bagian dinding sporogonium) dapat tumbuh dan berkembang menjadi gametofit.
Klasifikasi
Lumut didasarkan oleh adanya perbedaan bentuk susunan tubuh dan perkembangan
gametangium serta sporogoniumnya (perbedaan pada struktur gametofit dan
sporofit :
HEPATICAE (lumut hati)
Ciri-ciri :
1. Tubuh dapat
dibedakan antara sisi dorsal dan ventral, menempel pada tanah
dengan rizoid (umumnya terdapat di sisi ventral)
2. Struktur talus
ada yg sederhana menyerupai lembaran dan ada yg sudah menyerupai batang dan
daun
3. Sporofit terdiri
dari bagian kaki, tangkai (seta) dan kapsul. Pada golongan lumut hati primitif
bagian kaki dan seta tidak ada
4. Sel-sel pada
sporofit tidak berkloroplas
5. Spora yg
berkecambah hanya berkembang menjadi suatu buluh yg pendek atau boleh dikatakan
lumut hati tidak membentuk protonema (merupakan pembeda dengan kelas lainnya)
6. Mempunyai sel-sel
minyak
7. Hidup di tempat
dengan kelembaban tinggi dan tidak menerima sinar matahari langsung, misalnya
di hutan, di tepi sungai, ada juga yg di rawa (Riella) sehingga
tubuhnya mempunyai struktur yg higromorf (misalnya dalam tubuhnya terdapat
rongga-rongga udara), ada yg terapung di air (Riccia fluitans), lumut
juga ada yg dapat hidup di tempat kering sehingga tubuhnya bersifat xeromorfik
(pada tubuhnya terdapat alat penyimpan air), tempat tersebut seperti batu
cadas, pada kulit pohon, di permukaan daun (disebut epifil)
8. Reproduksi secara
aseksual : dengan fragmentasi ( cabang-cabang yg bebas dapat tumbuh menjadi
individu baru), pembentukan kuncup eram (gemma), dengan pembentukan tunas-tunas
cabang, pembentukan umbi (tuber), penebalan ujung talus. Perlu diketahui bahwa
tumbuhan lumut mempunyai daya regenerasi
9. Reproduksi seksual,
jika ada pertemuan dua gamet yg berbeda
Lumut hati dibedakan
dalam tiga bangsa yaitu :
a.
Bangsa Anthocerotales (lumut
tanduk)
Bangsa ini
mempunyai suku Anthocerotaceae, yang mencakup antara lain Anthoceros laevis, Anthoceros fusiformis, Notothylus valvata.
b.
Bangsa Marchantiales
Bangsa ini
mempunyai beberapa suku antara lain : suku Marchantiaceae
contohnya Marchantia polymorpha,
Marchantia geminata, Reboulia hemisphaerica, suku Ricciaceae contohnya Riccia
fluitans, Riccia nutans, Riccia trichocarpa.
c.
Bangsa Jungermaniales
Bangsa ini
mempunyai suku antara lain : suku Anacrogynaceae
contohnya Pellia epiphyla, Metzgeria
furcata, Metzgeria conjugata, Blasia pusilla, suku Acrogynaceae contohnya Plagiochila
asplenoides, Frullania tamarisci, suku Haplomitriaceae
contohnya Calobryum mnioides, Calobryum
blumei, Haplomitrium.
ANTHOCEROTOCEAE (lumut tanduk)
Ciri-ciri :
1.
Dikenal dengan nama lumut tanduk
karena sporofitnya mempunyai kapsul yang menyerupai tanduk.
2.
Gametofit berupa talus sederhana
yg yg berbentuk lembaran seperti cakram yang bertoreh, dorsiventral, tidak ada
rusuk tengah, tidak ada percabangan menggarpu, melekat pada substrat dengan
perantaraan rizoid
3.
Struktur anatomi homogen, tiap sel
mengandung satu kloroplas
4.
Pada bagian ventral terdapat stoma
yg berisi lendir, melalui stoma ini ganggang biru dapat masuk, misalnya Nostoc
5.
Lumut tanduk ada yg homotalik tapi
ada juga yang heterotalik
6.
Gametangia terdapat dalam lekukan
pada sisi dorsal
7.
Sporogonium terdiri dari kaki dan
kapsul (tanpa seta), kapsul berbentuk tanduk yang jika masak akan pecah secara
membujur
8.
Masaknya spora tidak bersama-sama
(pada lumut hati sporanya masak bersamaan)
Anthocerotopsida terdiri dari satu bangsa, yaitu Anthocerothales
Anthocerothales dibedakan dalam dua suku, yaitu Anthocerotaceae
dan Notothylaceae
Suku Anthocerotaceae mempunyai ciri
- Sporogonium
panjang, silindris dan tumbuh tegak di tengah permukaan talus
- Bagian pangkal
sporogonium diselubungi oleh involukrum
- Sel-sel
dinding kapsul mengandung kloroplas, dan terdapat stoma
- Suku ini
terdiri 4 marga : Anthoceros, Phaeoceros, Megaceros, dan Dendroceros
Suku Notothylaceae mempunyai
ciri
- Sporogonium
pendek, tumbuh horizontal dan terdapat pada tepi talus
- Dinding kapsul
tidak ada sel-sel yg mengandung kloroplas, tidak ada stoma
- Pangkal
sporogonium tidak diselubungi involukrum
- Suku ini
hanya terdiri satu marga, yaitu Notothylas. Contoh : Notothylas indica
MUSCI (lumut daun)
Ciri-ciri :
1.
Tubuhnya tampak terbagi menjadi
batang/cauloid dan daun/phylloid
2.
Pada lumut daun yg homotalik dapat
dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu :
a.
Paroisis (paroicous), anteridia
dan arkegonia terletak pada cabang yg sama tapi dalam kelompok yang
berbeda Autoisis (autoicous), bila anteridia dan arkegonia
terletak pada cabang yang berbeda
b.
Sinosis (sinoicous), apabila
anteridia dan arkegonia terletak pada kelompok dan cabang yang sama
3.
Sporogonium terdiri atas kaki,
seta dan kapsul
Anak kelas : Sphagnidae
Bangsa
: Sphagnales
Suku
: Sphagnaceae
Marga
: Sphagnum
Tumbuh
di rawa-rawa yang suhunya rendah di dataran tinggi, misalnya di Dieng. Daun
tersusun dari sel-sel hialin yang merupakan sel yang telah mati dan sel-sel
asimilasi yang masih hidup yang tersusun bergantian. Dinding sel hialin
mempunyai penebalan berbentuk cincin atau spiral, sel-sel hialin berfungsi
menyimpan air. Batang (dari luar ke dalam) terdiri dari bagian : korteks
atau hialoderm, pada saat muda terdiri dari satu lapis, pada saat tua
3-6 lapis sel-sel yang merupakan sel-sel yang telah mati dan kosong, berukuran
besar, dinding sel berpori hingga menyerupai spons dan dapat bertahan dalam
kelembaban. Kemudian Hadrome berfungsi sebagai jaringan
penyokong dan Medula berfungsi sebagai tempat penimbunan
makanan.
Protonema berbentuk benang yang bercabang-cabang banyak dan berwarna
hijau, rizoid tidak berwarna, terdiri dari banyak sel dengan sekat miring.
Gametangium terdapat pada cabang yang berbeda. Sporogonium terdiri atas kaki
dan kapsul. Ujung kapsul ditutupi oleh kaliptra yang berbentuk seperti topi, tidak
punya operkulum, bila masak akan pecah dengan 4 katup.
Anak kelas : Bryidae
Bryidae dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan pertumbuhannya, yaitu
Ortotrop (tegak) dan Plagiotrop (mendatar). Berdasarkan ada tidaknya gigi
peristom lumut dibedakan menjadi golongan kleistokarpik (golongan yg tidak
mempunyai peristom) dan stegokarpik (punya peristom). Berdasarkan sifat dari
peristom, Bryidae dibedakan menjadi : Golongan Nematodonteae, mempunyai gigi
peristom yg utuh, contoh adalah bangsa Polytrichales. Golongan Arthrodonteae,
gigi peristomnya seperti selaput dan bergaris, contoh bangsa Funariales.
Marga
: Polytrichum dan Pogonatum
Gametofit dapat tumbuh tinggi dengan daun yg sempit. Kapsul tegak,
jarang ada yg mendatar. Kaliptra sering berbulu. Gigi peristoma terdiri satu
baris dengan pangkal yg bersatu. Pada Polytrichum ukuran gametofitnya
bervariasi, dapat mencapai 35 cm. Daun pada batang bagian bawah dapat
menyerupai sisik yg tersusun dalam 3 baris, sedangkan daun pada baian atas
lebih besar, tebal dan tersusun rapat. Tiap daun bagian pangkalnya lebar dan
melengkung seperti sarung, kemudian bagian tengah sampai ujung panjang dan
berbangun seperti lanset.
Marga : Funaria
Gametofit kecil, tumbuh tegak, menempel pada tanah atau tembok dengan
rizoid. Daun kecil dan tipis, terdiri satu lapis sel kecuali di bagian rusuk
tengah. Daun tersusun seperti spiral pada batang. Sporofit terdiri atas kaki,
seta yang panjang dan kapsul berbentu seperti buah per, di ujungnya terdapat
operkulum.
B. PAKU (PTERIDOPHYTA)
Tumbuhan paku
merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya
dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang,
dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti
warga divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang biakan tumbuhan
paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu sementara ahli taksonomi membagi
dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yang diberi nama Cryptogamae dan
Phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi yang sekarang kita sebut di
bawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta. Nama
Cryptogamae diberikan atas dasar cara perkawinan (alat-alat perkawinannya) yang
tersembunyi (cryptos-tersembunyi, gamos-kawin), berbeda dengan Phanerogamae
(tumbuhan biji) yang cara perkawinyannya tampak jelas (yang dimaksud disini
sebenarnya adalah penyerbukan yang lebih dulu diketahui daripada peristiwa-peristiwa seksual yang
terjadi pada golongan tumbuhan yang tidak berbiji).
Pada klasifikasi makhluk hidup dalam lima kingdom,
tumbuhan paku termasuk dalam kingdom Plantae. Tumbuhan paku termasuk kedalam
tumbuhan berpembuluh. Tumbuhan paku sudah termasuk ke dalam tumbuhan kormus
(Cormophyta) karena sudah memiliki akar, batang, dan daun yang jelas. Tumbuhan
paku dapat hidup di atas tanah atau batu, menempel di kulit pohon (epifit), di
tepi sungai di tempat-tempat yang lembap (higrofit), hidup di air (hidrofit),
atau di atas sampah atau sisa tumbuhan atau hewan (saprofit). Sebagian besar
tumbuhan paku mempunyai batang yang tumbuh di dalam tanah yang disebut rhizoma.
Akar pada tumbuhan paku bersifat seperti serabut yang ujungnya dilindungi oleh
kaliptra (tudung akar). Batang pada sebagian besar paku tidak terlihat karena
berada di dalam tanah dalam bentuk rimpang. Akan tetapi, ada pula tumbuah paku
yang memiliki batang di permukaan tanah yang bercabang, seperti pada Cyathea. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian dunia,
kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies tumbuhan
paku yang diketahui sekitar 10.000 (diperkirakan 3.000 diantaranya tumbuh di
Indonesia), sebagian besar tumbuhan paku tumbuh di daerah tropika basah yang
lembab. Tumbuhan paku cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas.
Tumbuhan paku ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagai epifit. Paku
menyukai tempat lembab (higrofit), dari kawasan pantai sampai di daerah
pegunungan tinggi.
Daun pada tumbuhan paku tampak jelas. Tumbuhan paku
daunnya selalu melingkar dan bergulung pada usia muda. Tumbuhan berpembuluh
tidak berbiji memiliki dua macam bentuk daun, yaitu daun yang tidak mengandung
spora (tropofil), dan daun yang mengandung spora (sporofil). Di bagian bawah
sporofil terdapat banyak bulatan kecil berwarna kecokelatan. Bulatan tersebut
berkumpul membentuk struktur yang disebut sorus (jamak:
sori). Setiap sorus terdiri atas banyak kotak spora yang disebut sporangium.
Selain terdapat pada sorus, sporangium juga terkumpul pada strobilus dan
sporokarpium. Strobilus ini merupakan sporangium yang membentuk struktur seperti
kerucut. Sorus yang masih muda akan terlindungi oleh indusium.
Seperti yang
kita lihat bahwa akar dan batang (rizoma)
tumbuhan paku terdapat di bawah tanah, akarnya berbentuk serabut dan pada
ujungnya terdapat kaliptra, ingatlah kembali fungsi kaliptra! Daun-daunnya
tumbuh ke atas dari rizoma. Akan tetapi, ada beberapa jenis tumbuhan paku yang
batangnya muncul di atas tanah, misalnya Cyathea, Psilotum, dan Alsophyla.
Seperti yang Anda temukan tumbuhan paku ini mempunyai bentuk, ukuran, dan
susunan daun yang beraneka ragam.
Ciri khas daun tumbuhan paku pada waktu masih muda
adalah menggulung, dan daunnya ada yang kecil yang disebut dengan mikrofil, ada pula yang berukuran besar yang
disebut dengan makrofil. Pada umumnya mikrofil pada tumbuhan paku
berbentuk rambut atau sisik, tidak bertangkai, dan tidak bertulang kecuali pada
paku kawat dan paku ekor kuda. Sedangkan untuk makrofil sudah bertangkai,
bertulang daun, dan memiliki daging daun (mesofil) yang terdapat stomata,
jaringan tiang, dan bunga karang.
Jika kita amati beberapa jenis daun pada tumbuhan
paku, ada yang tidak menghasilkan spora yang disebut dengan tropofil, disebut
sebagai daun yang steril. Tropofil hanya berfungsi untuk fotosintesis, tetapi
ada tumbuhan paku yang menghasilkan spora yang disebut dengan sporofil atau
disebut daun fertil. Spora terdapat di dalam kotak spora/sporangium, ada
sejumlah sel penutupnya yang berdinding tebal dan membentuk cincin yang disebut
dengan annulus.
Apabila dalam keadaan kekeringan, maka annulus
mengerut dan sporangium akan pecah, lalu spora tersebut akan tersebar, bila
lingkungannya cocok akan tumbuh menjadi individu baru. Demikian juga bila ada
embun yang membeku, maka daun-daunnya akan mati tetapi akar dan batangnya masih
hidup selama musim dingin tersebut, jadi masih ada kemungkinan untuk hidup
kembali. Akar tumbuhan paku berupa akar serabut. Pada akar paku, xilem terdapat
di tengah dikelilingi floem membentuk berkas pembuluh angkut yang konsentris.
Batangnya jarang tumbuh tegak di atas tanah, kecuali pada paku tiang (Alsopila
sp. dan Cyathea sp.). Batang paku kebanyakan berupa rhizoma.
Secara ringkas tumbuhan paku memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
- Berbeda dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
- Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi tumbuhan paku sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan.
- Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel.
- Pada waktu masih muda tumbuhan, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
- Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
- Dalam siklus hidup (metagenesis) tumbuhan paku terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
- Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya.
- Tumbuhan paku memiliki klorofil sehingga cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Sama dengan tumbuhan lumut, tumbuhan paku pada
perkembangbiakannya menunjukkan pergiliran keturunan, yaitu fase sporofit dan
fase gametofit. Gametofit tumbuhan paku memiliki beberapa perbedaan dengan
gametofit lumut, yaitu gametofit pada tumbuhan paku dinamakan dengan protalium
tetapi sama-sama bersifat haploid. Protalium ini hanya
berumur beberapa minggu saja. Bentuk dari protalium ini seperti jantung,
warnanya hijau, dan melekat pada substratnya. Protalium ini terdapat pada
anteridium yang terdapat pada bagian paling sempit dan arkegonium yang terdapat
pada lekukan bagian yang lebar. Jadi, keduanya berada pada sisi bawah protalium
di antara rizoidnya.
Sporofit pada tumbuhan paku sangat berbeda dengan
sporofit pada lumut, yaitu jika terjadi pembuahan, maka protalium akan segera
binasa, tetapi jika tidak terjadi pembuahan, maka protalium dapat bertahan
hidup sampai lama. Sporofit inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan paku.
Keterangan:
1. Spora haploid
2. Gametofit muda
3. Gametofit dewasa atau protalium
4. Anteridium (organ seks jantan)
5. Arkegonium(organ seks betina)
6. Anteridium tunggal yang melepaskan sel sperma (6a)
7. Arkegonium tunggal dan sel telur (7a)
8. Fertilisasi oleh sperma
9. Zigot
10. Embrio sporofit yang masih berada pada arkegonium
11. Sporofit muda
12. Sporofit muda
13. Sporofit dewasa
14. Kumpulan dari sporangia yang berada di belakang daun sporofit
15. Sporangium, spora berkecambah (15a)
1. Spora haploid
2. Gametofit muda
3. Gametofit dewasa atau protalium
4. Anteridium (organ seks jantan)
5. Arkegonium(organ seks betina)
6. Anteridium tunggal yang melepaskan sel sperma (6a)
7. Arkegonium tunggal dan sel telur (7a)
8. Fertilisasi oleh sperma
9. Zigot
10. Embrio sporofit yang masih berada pada arkegonium
11. Sporofit muda
12. Sporofit muda
13. Sporofit dewasa
14. Kumpulan dari sporangia yang berada di belakang daun sporofit
15. Sporangium, spora berkecambah (15a)
Berdasarkan gambar, urutan daur hidup tumbuhan paku
seperti berikut ini: mula-mula dari spora tumbuh protalium berbentuk benang dan
mempunyai rizoid, kemudian terbentuk beberapa sel, fase ini berlangsung hanya
pendek/sebentar. Selanjutnya, terjadi pembelahan sel-sel yang terus menerus dan
akan menghasilkan suatu protalium yang melekat pada substratnya.
Pada protalium ini terdapat anteridium dan arkegonium,
biasanya terdapat pada sisi yang tidak menghadap sinar matahari, yaitu pada
sisi bawah. Arkegonium baru terbentuk setelah protalium mendapatkan kesempatan
yang cukup lama berasimilasi, jadi sudah cukup mengumpulkan persediaan makanan,
sedangkan anteridium sudah dibentuk terlebih dahulu. Bagaimana jika keadaan
makanan sangat buruk, apakah arkegonium akan terbentuk?
Anteridium yang dibentuk pada mulanya berupa tonjolan
berbentuk papil, kemudian terbagi oleh suatu dinding pemisah berbentuk corong.
Jika anteridium sudah masak, sel-sel yang melingkar dan terisi lendir akan
mengembang kemudian akan terlepas. Demikian pula spermatid berbentuk bulat yang
terdapat dalam anteridium akan menggembung dan terlepas, dan tiap spermatid
mengeluarkan satu spermatozoid dengan banyak bulu cambuk. Apabila arkegonium
sudah masak yang ditandai dengan membuka pada ujungnya, maka spermatozoid
bergerak masuk ke dalam arkegonium menuju ke sel telur sehingga terbentuklah
embrio.
Macam daun pada tumbuhan paku ;
1)
Berdasarkan ukurannya, dibedakan :
a.
Daun Mikrofil, yaitu daun ang
ukurannya kecil. Mikrofil berbentuk rambut atau sisik, tidak bertangkai, dan
tidak bertulang kecuali pada paku kawat dan paku ekor kuda.
b.
Daun Makrofil, yaitu daun
yang ukurannya besar. makrofil sudah bertangkai, bertulang daun, dan memiliki
daging daun (mesofil) yang terdapat stomata, jaringan tiang, dan bunga karang.
2)
Berdasarkan Fungsinya, dibedakan :
a. Daun Tropofil,
yaitu daun yang tidak menghasilkan spora, tetapi memiliki zat hijau daun
(klorofil), sehingga berfungsi dalam proses fotosintesis atau menghasilkan zat
makanan (glukosa). Daun ini sering disebut sebagai daun steril.
b. Daun Sporofil,
yaitu daun yang menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan (reproduksi),
sehingga daun ini disebut juga daun fertil (subur).
3) Macam
Pteridophyta berdasarkan jenis spora yang dihasilkan
Ada 3 (tiga)
macam tumbuhan paku berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, yaitu :
a.
Paku Homospora ( isospora )
Tumbuhan paku homospora menghasilkan
spora dengan ukuran sama yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan
betina
Contoh : Lycopodium
sp. (paku kawat)
b.
Paku Heterospora ( an-isospora )
Tumbuhan paku heterospora
menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora jantan berukuran kecil disebut
mikrospora dan spora betina besar disebut makrospora
Contoh
: Selaginella sp.(paku rane), Marsilea crenata (semanggi)
c.
Paku Peralihan
Paku peralihan menghasilkan spora
dengan bentuk dan ukuran sama, namun berjenis kelamin jantan atau betina
Contoh :
paku ekor kuda ( Equisetum debile )
Daur hidup tumbuhan paku
dapat terlihat
Klasifikasi
Pteridophyta
Tumbuhan Paku diklasifikasikan
berdasarkan perbedaan morfologi tubuh. Berdasarkan hal tersebut, tumbuhan paku
dibagi menjadi empat divisi, yaitu :
A. PSILOPHYTINAE (paku purba)
Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang
sebagian besar telah punah. Jenis-jenis yang sekarang masih ada hanya sedikit
saja, dan lazimnya dianggap sebagai relik suatu golongan tumbuhan paku yang
semula meliputi jenis-jenis yang lebih banyak. Warga pakunpurba merupakan paku
telanjang (tidak berdaun) atau mempunyai daun-daun kecil (mikrofil) yang belum
terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum mempunyai akar. Paku purba bersifat
homospor. Sporofil menghasilkan satu jenis spora (homospora).
Contoh : Rhynia
major dan Psilotum sp
Paku ini dibedakan dalam beberapa
bangsa antara lain :
a.
Bangsa Psilophytales
Bangsa ini mempunyai beberapa suku diantaranya : suku Rhyniaceae contohnya Rhynia major, Taeniocrada deheniana, Zosterophyllum
australianum, suku Asteroxylaceae
contohnya Asteroxylon mackei, Asteroxylon
elberfeldence, suku Pseudosporochnaceae
contohnya Pseudosporochnus krejcii.
b.
Bangsa Psilotales
Contohnya Psilotum
nudum, Psilotum triquetrum, Tmesipteris tannensis.
B.LYCOPODIINAE (Paku kawat
/ paku rambat)
Batang dan
akarnya bercabang-cabang menggarpu. Daun kecil, tidak bertangkai, selalu
bertulang satu. Pada beberapa bangsa daun-daun itu mempunyainlidah (ligula).
Tiap-tiap sporofil mempunyai satu sporangium yang besar pada bagian sisi atas
daun.
Contoh:
- Selaginella sp (paku rane), sebagai tanaman hias
- Lycopodium sp.(paku kawat), sebagai tanaman hias.
- Lycopodium clavatum, sebagai bahan obat-obatan.
Paku ini dibedakan dalam beberapa
bangsa antara lain :
a.
Bangsa Lycopodiales
Contohnya Lycopodium cernuum, Lycopodium clavatum.
b.
Bangsa Selaginellales
Contohnya Selaginella caudata,
Selaginella plana, Selaginella wildenowii.
c.
Bangsa Lepidodendrales
Bangsa ini dibedakan dalam beberapa
suku diantaranya : suku Sigillariaceae
contohnya Sigillaria elegans, Sigillaria
micaudi, suku Lepidodendraceae contohnya
Lepidodendron vasculare, Lepidodendron
aculeatum, Lepidostrobus major.
d.
Bangsa Isoetales
Contohnya Isoetes lacustris, Isoetes echinasporum, Isoetes duvieri.
C.EQUISETINAE (paku ekor
kuda)
Warga kelas
ini yang sekarang masih hidup umumnya berupa terna yang menyukai tempat-tempat
yang lembab, kadang-kadang dalam jumlah yang sangat besar dan bersifat dominan
dalam komunitas tertentu.
Batangnya
kebanyakan bercabang-cababg berkarang dan jelas kelihatan berbuku-buku dan
beruas-ruas. Daun-daun kecil, seperti selaput dan tersusun berkarang. Sporofil
selalu berbeda dari daun biasa. Sporofil biasanya berbentuk perisai dengan
sejumlah sporangium pada sisi bawahnya, dan semua sporofil tersusun merupakan
suatu badan berbentuk gada atau kerucut pada ujung batang atau cabang.
Protalium berwarna hijau dan berkembang di luar sporanya. Tumbuhan paku ini
memiliki daun mirip kawat serta daunnya tersusun dalam satu lingkaran. Bentuk
batangnya mirip dengan ekor kuda. Oleh karenanya, divisio ini disebut paku ekor
kuda.
Contoh :
Equisetum
debile, memiliki batang yang keras karena mengandung silika.
Sporangium terdapat pada suatu struktur berbentuk kerucut yang disebut strobilus
Paku ini dibedakan dalam beberapa bangsa antara lain :
a.
Bangsa Equisetales
Bangsa ini hanya terdiri dari satu
suku Equisetaceae dan satu marga Equisetum, contohnya Equisetum debile, Equisetum ramosissimum,
Equisetum arvense, Equisetum pratense. Dan satu suku yang telah punah yaitu
suku Calamitaceae contohnya Eucalamites multiramis, Calamostachys
binneyana, Asterophyllites longifolius.
b.
Bangsa Sphenophyllales
Contohnya Sphenophyllum cuneifolium, Sphenophyllum dawsoni, Sphenophyllum fertile.
c.
Bangsa Protoarticulatales
Bangsa ini mempunyai satu suku yaitu
suku Rhyniaceae contohnya Rhynia elegans.
d. Pterophyta
/ Felicinae (paku sejati)
Pterophyta telah memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Daun umumnya berukuran besar atau disebut juga megafil. Batangnya dapat
tumbuh di bawah tanah (seperti rhizoma) ataupun batangnya tumbuh di atas tanah.
Ciri yang khas pada divisio ini adalah daun mudanya yang menggulung atau
disebut juga circinnatus dan di bagian permukaan bawah daunnya terdapat
sorus. Semua warga-warganya mempunyai daun besar, bertangkai, mempunyai banyak
tulang-tulang.
Contoh :
- Adiantum cuneatum (suplir)
- Adiantum farleyense (ekor merak)
- Asplenium nidus (paku sarang burung)
- Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa)
- Marsilea crenata (semanggi)
- Azolla pinnata (paku air)
- Salvinia natans (paku sampan)
- Alsophilla glauca (paku tiang)
Paku jenis ini dibedakan
dalam 3 anak kelas antara lain :
a.
Anak kelas Eusporangiatae
Anak kelas ini dibedakan dalam dua
bangsa :
-
Bangsa Ophioglossales
Bangsa ini hanya mempunyai satu suku
yaitu suku Ophioglossaceae yang
terbagi dalam tiga marga yaitu marga Ophioglossum
contohnya Ophioglossum vulgatum, Ophioglossum
reticulatum, marga Botrychium
contohnya Botrychium daucifolium,
Botrychium lunaria, Botrychium ternatum, marga Helminthostachys contohnya Helminthostachys
zeylanica.
-
Bangsa Marattiales
Bangsa ini hanya mempunyai satu suku
yaitu suku Marattiaceae yang terbagi
dalam tiga marga yaitu marga Christensenia
contohnya Christensenia aesculifolia,
marga Angiopteris contohnya Angiopteris evecta, marga Marattia contohnya Marattia fraxinea.
b.
Anak kelas Leptosporangiatae
Anak kelas ini dibedakan dalam tiga
golongan yaitu :
-
Simplices
-
Gradatae
-
Mixtae
c.
Anak kelas Hydropterides
Anak kelas ini dibedakan dalam dua
suku yaitu :
-
Suku Salviniaceae yang terbagi dalam dua marga yaitu marga Salvinia contohnya Salvinia moiesta, Salvinia natans, Salvinia cucullata, marga Azolla contohnya Azolla pinnata, Azolla carolliniana.
-
Suku Marsileaceae yang terbagi dalam tiga marga yaitu marga Marsilea contohnya Marsilea crenata, marga Pilularia
contohnya Pilularia globulifera,
marga Regnellidium contohnya Regnellidium diphyllum.
I.
HASIL
PENGAMATAN
-
Tumbuhan
paku
Marsilea
crenata Athirium
sorzogonense
Nephrolepis
bisserata Asplenium
salignum
Adiantum
tenerum Humata
repens
Pteris
ensiformis Adiantum
cuneatum
Adiantum
philippense Drymoglossum
piloselloides
Ophioglossum
pendulum Platycerium
coronarium
Davallia
dentuculata Nephrolepis
falcate
Blechnum
capance
-
Tumbuhan
lumut
II.
PEMBAHASAN
1.
Tumbuhan
paku
Pada praktikum tumbuhan paku yang
di lakukan pada tanggal 29-05-13,
kelompok kami menemukan jenis – jenis tumbuhan paku yaitu antara lain : Marsilea crenata (paku tapak itik), Athirium sorzogonense (paku kijang), Nephrolepis bisserata (paku harupat), Asplenkum salignum (paku antu), Adiantum tenerum, Humata repens (paku humata), Pteris ensiformis (paku pedang), Adiantum cuneatum, Adiantum philippense,
Drymoglossum piloselloides, Ophioglossum pendulm, Platycerium coronarium,
Davallia dentuculata, Nephrolepis falcate, Blechnum capance.
Berikut adalah klasifikasi dari jenis
– jenis tumbuhan paku :
·
Marsilea
crenata
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Salviniales
Famili : Marsiliaceae
Genus : Marsilea
Spesies : Marsilea crenata
Identifikasi :
Marsilea
crenata adalah sekelompok paku air (Salviniales)
dari marga Marsilea yang di Indonesia mudah di temukan di pematang sawah atau
tepi saluran irigrasi. Di tempat – tempat tersebut Marsilea creanata biasanya tumuh dengan jenis – jenis tumbuhan air
lainnya seperti eceng kecil, genjer, rumput air, serta teki alit dll. Jenis ini
jarang membentuk kelompokan. Di tempat – tempat yang airnya dalam, tangkai
entalnya berukuran jauh lebih panjang dan jarak antar buku juga lebih panjang
jika dibandingkan dengan tumbuhan yang hidup ditempat dangkal. Helaian daunnya
tumbuh mengembang sejajar dengan permukaan air. Pada waktu kuncup daun – daun
tersebut saling menutup kearah atas. Secara alami tapak itik tumbuh mulai dari
daerah dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1.400 m, meskipun pada
kepustakaan yang terdahulu dilaporkan hanya tumbuh sampai ketinggian 900 m di
jawa.
Paku ini berimpang
panjang. Daunnya terletak di ujung dan terabagi empat sama besar. Daun tersebut
tipis dan lembut dan berwarna hijau gelap. Sporokarpnya bergagang pendek
sehingga seperti melekat pada daun. Yang masih muda berambut dengan garis
tengah sampai 45 mm. sporanya dapat di lihat pada tumbuhan yang sudah mulai
mengering.
Bagi yang menyenangi,
daun mudanya yang di kukus dapat dimakan dengan sambal. Tetapi bila dilihat
dari segi jumlah per satuan luasnya hanya sedikit saja menghasilkan daun.
·
Athirium
sorzogonense
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Athyriales
Famili : Athyriaceae
Genus : Athyrium
Spesies : Athyrium sorzogonense
Identifikasi :
Tumbuhnya dihutan –
hutan lebat yang berhawa sejuk di daerah pegunungan. Paku ini dikumpulkan di
daerah yang berketinggian sekitar 1150 – 1800 m. Di jawa malahan paku ini dapat
tumbuh di daerah yang lebih tinggi lagi yaitu kurang lebih 2250m. Di daerah
yang demikian, jenis ini tumbuh subur dan membentuk tajuk yang cukup besar.
Cara tumbuhnya terpencar – pencar dengan jenis tumbuhan lain. Paku ini menyukai
tanah – tanah humus serta tanah subur berbatu – batuuntuk tumbuh baik.
Dilihat
sepintas, entalnya bisa berukuran pendek, bisa pula panjang sampai 180 cm.
tangkai entalnya kuat. Batangnya tumbuh tegak, didukung oleh akar – akar yang
kuat seperti kawat. Daun mudanya juga enak dimakan, terlebih lagi kalau dimasak
sayur santan atau oseng – oseng.
·
Nephrolepis
bisserata
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Dryopteridaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis bisserata
Identifikasi
:
Paku
ini dikenal sebagai tanaman hias dipekarangan rumah. Biasanya orang menanam
paku ini di pot – pot atau dipinggir – pinggir pagar tembok untuk melembutkan
suasana.
Di
alam paku ini tumbuh ditempat yang terbuka. Kadang – kadang tumbuh ditempat yang terlindung, di
dataran rendah yang tidak terlalu kering. Selain hidup di tanah, dijumpai pula
hidup dipohon – pohon palem secara epifit. Malahan di batu – batuan bisa tumbuh
kalau ada celah – celah yang terisi humus.
Tangkai
daunnya bersisik lembut. Panjang daunnya mencapai ukuran 2m, bila tumbuh
ditempat yang cocok. Bentuk daun suburnya lebih lebar dari daun mandul. Dasar
daun pada kedua tidak sama bentuknya. Pada daun subur bentuknya lancip dengan
dasar yang berkuping. Jenis ini mudah dibedakan dengan jenis lainnya karena
letak sorinya yang tak merata. Paku ini umumnya tersebar diseluruh Asia
tropika. Paku ini jarang ditemukan tumbuh di lereng – lereng gunung. Lebih
menyukai tumbuh di dataran rendah. Kegunaannya belum belum banyak diketahui orang,
selain sebagai tanaman hias.
·
Asplenkum
salignum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Aspleniaceae
Genus : Asplenkum
Spesies : Asplenkum salignum
Identifikasi :
Marga
Asplenium memili banyak jenis. Dari berbagai jenis di jawa, paku ini adalah
satu diantaranya. Pamu ini yang masih muda memiliki ental tunggal, bentuknya
seperti pita dengan ujung lancip. Pada yang dewasa ental tersenut menyirip
dengan anak – anak daun yang jumlahnya sekitar 7 helai dan yang panjang
entalnya sekitar 30 cm. helaian anak daun letaknya yang di ujung, berukuran
lebih besar. Kelompokan spora tumbuh pada tulang anak – anak daun dan berbentuk
memanjang. Bila masih muda kumpulan spora tersebut ditutupi oleh selaput daun.
Rimpang
paku ini berukuran pendek dan tumbuh menjalar. Umumnya jenis ini tumbuh di
tanah, tetapi dapat pula tumbuh menempel pada batang – batang pohon besar. Dari
segi tempat tumbuh alami, jenis ini tumbuh mulai dari ketinggian 100 m – 2100m
lebih.
·
Adiantum
tenerum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum tenerum
Identifikasi
:
Seperti juga jenis
Adiantum lainnya, jenis suplir ini tumbuhnya berumpun, karena anaknya banyak.
Rumpun itu sendiri cepat terbentuk dan tumbuh anakannya keluar dari rimpangnya.
Tangkainya hitam dan licin. Entalnya bercabang – cabang. Dari tiap cabang
tersebut keluar cabang lagi.bentuk helaian daun agak memanjang, dengan tepi
bagian bawah agak merata. Bagian ujung daun melekuk membentuk delta tempat
spora yang tertutup. Jenis ini berasl dari Hindia Barat. Sekarang tersebar luas
di seluruh daerah tropika.dari semua jenis Adiantum jenis ini merupakan jenis
yang paling dulu dikenal sebagai tanaman hias. Di alam sering ditemukan tumbuh
tumbuh di tepi – tepi sungai tumbuh bersama dengan jenis paku lain. Menyukai
tempat – tempat yang lembab pada tanah – tanah cadas yang agak kering, berbatu
– batu dan pada tembok – tembok yang telah tua dan berlumut dapat tumbuh dengan
subur, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi.
·
Humata
repens
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Davalliaceae
Genus : Humata
Spesies : Humata repens
Identifikasi :
Paku Humata pernah
diklasifikasikan ke dalam marga Davallia. Paku ini dicirikan oleh daunnya yang
menyirip. Rimpangnya tumbuh menempel pada batang pohon atau benda lain,
terutama yang permukaannya berlumut. Tumbuhnya subur baik di tempat terlindung
maupun di tempat – tempat yang mendapatkan sinar matahari terus menerus. Di
tempat terbuka daunnya sangat kaku dan warnanya menjadi hijau muda. Tidak saja
di hutan atau di sekitar hutan dapat di jumpai jenis ini, tetapi sering pula
jenis ini tumbuh di sekitar kebun atau halaman rumah.
Jenis ini termasuk
epifit. Rimpangnya tumbuh menjalar dan berbentuk ramping. Jenis ini cukup
menarik untuk dijadikan hiasan. Bila di tempelkan pada batang – batang pohon
atau pada pakis gantung. Tumbuhnya tidak meminta perawatan yang khusus.
·
Pteris
ensiformis
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Pteridaceae
Genuus : Pteris
Spesies : Pteris ensiformis
Identifikasi
:
Pteris
ensiformis disebut juga paku pedang.perawakannya kecil, tetapi mempunyai
bentuk yang menarik. Tumbuhnya berumpun. Biasanya orang menanam paku di pot.
Ada beberapa varietas yang mempunyai bentuk daun yang indah. Rimpangnya
ramping, menjalar atau tegak. Daun mencangap, menyirip, kadang – kadang
menyirip ganda tiga. Terdapat dua macam ental, yang mandul dan yang subur.
Ental yang mandul lebih pendek dan letaknya di bagian bawah batang.
Paku pedang ini
mempunyai daerah penyabaran yang sangat luas, yaitu Srilanka, India selatan dan
utara, China, Malaysia, Indonesia, Autralia dan Polinesia. Banyak di jumpai di
hutan – hutan bakau atau hutan basah.
Biasanya banyak ditemukan tumbuh diatara akar – akar pohon ditempat –
tempat yang terbuka. Di jawa pernah dilaporkan bahwa daun mudanya dikukus untuk
lalab.
·
Adiantum
cuneatum
Kingdom : plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Pteridales
Famili : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum cuneatum
Idebtifikasi
:
Paku kelor adalah nama
yang paling umum di pergunakan didaerah jawa untuk jenis ini. Tumbuhnya
merumpun tetapi ukurannya kecil saja. Jumlah anaknya banyak. Anak – anakan
tersebut tumbuh tidak jauh dari induknya sehingga rumpunnya tampak sangat
memadat.panjang entalnya antara 20 – 40 cm. Ental tersebut bercabang secara
berseling. Bentuk helaian anak daunnya hamper menyerupai segi tiga sama sisi.
Sisi – sisi dekat dekat tangkai anak daun lurus, sedangkan sisi yang diatas
agak membulat.
Tumbuhan ini berasal dari
brasil. Sekarang tersebar luas di seluruh daerah tropika. Di jawa dapat ditemui
di perkebunan teh. Tumbuh bersama rerumputan di sekitar tanaman teh. Sering
juga ditemukan tumbuh di tepi sungai atau di pinggiran hutan tua. Berbeda
dengan jenis suplir yang lain, jenis ini menyukai iklim pegunungan pada tanah –
tanah cadas. Telah banyak di tanam sebagai tanaman hias di pot maupun di tanam
di serambi – serambi rumah. Pemeliharaannya pun mudah.
·
Adiantum
philippense
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Pteridaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum
philippense
Identifikasi :
Akhir – akhir ini
suplir sebagai tanaman hias, sangat di gemari di Jakarta. Tiap ada pameran
tanaman bermacam jenis suplir iut di pertunjukkan. Salah satunya adalah jenis
paku ini. Paku ini dicirikan oleh batangnya yang pendek. Secara menyeluruh.
Terlihat pertumbuhan yang tegak atau agak tegak. Anak – anak daunnya berjumlah
sampai 12 pasang., yang letaknya agak berseling pada ental yang panjang
mencapai 30 cm. bentuk helaian anak daun seperti kipas. Teksturnya tipis tetapi
kuat. Kumpulan sporanya terdapat di sepanjang tepi daun.
Rumpun paku ini sering
mati pada musom kemarau. Tunas – tunas baru tumbuh kembalipada musim penghujan.
Paku ini termasuk paku tanah, sehingga tumbuhnya sangat dipengaruhi oleh
keadaan tempat tumbuhnya. Jenis ini menyukai tanah berbatu – batu, tanah liat,
serta tanah pasir.
Penyebarannya
di Indonesia meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Sulawesi dll. Paku ini
terdapat pula di kawasan Australia, China serta daerah – daerah tropika
lainnya.
Jenis ini selain di perbanyak
melalui spora, pecahan – pecahan rumpunnya mudah sekali ditumbukkan. Pecahan /
anakan rumoun tersebut cepat membentuk kelompok – kelompok baru. Paku ini cocok
sekali ditanam sebagai hiasan di pot. Pemeliharaanya tidak terlalu sukar.
·
Drymoglossum
piloselloides
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicinae
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Drymoglossum
Spesies : Drymoglossum piloselloides
Identifikasi
:
Di
antara jenis paku yang banyak dijumpai menempel pohon teh dan kopi adalan paku Drymoglossum piloselloides. Selain pada
pohon teh dan kopi, tumbuhan inipun tumbuh pada pohon – pohon tinggi lainnya di
dearah yang mempunyai curah hujan tinggi.
Rimpangnya
menjulur dan ditutupi oleh sisik yang bulat dan kecil yang menyerupai sisik
naga. Karena sifat inilah jenis paku ini disebut sisik naga. Sisik naga mempunyai dua macam ental yaitu
yang mandul dan yang subur. Sori yang merupakan alat perkembangbiakan. Letaknya
menggerombol dan terdapat di tepi daun. Di tanah air kita ental mandul sisik
naga dapat digunakan untuk obat batuk dan sembelit. Caranya yaitu dengan
meminum air parasannya. Di Malaya tumbuhan ini hanya dipakai sebagai obat luar
untuk menyembuhkan gatal pada kulit. Campuran rebusan tumbuhan ini dapat juga
di pakai untuk obat pencuci cacar air.
·
Ophioglossum
pendulum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicinae
Ordo : Ophioglassales
Famili : Ophioglassaceae
Genus : Ophioglossum
Spesies : Ophioglossum pendulum
Identifikasi :
Paku ini termasuk jenis
paku yang tumbuhnya secara epifit. Di beri nama jenis Pendulum yang artinya
menggantung. Paku ini memang tumbuhnya menggantung. Sepintas bentuknya hamper
menyerupai paku tanduk uncal. Hanya saja daun – daunnya lemah. Di jawa disebut
simbar gadang.
Biasanya
tumbuh menempel pada jenis paku lain. Misalnya pada pku sarang burung dan paku
tanduk uncal. Juga tumbuh pada jenis poho – pohon terutama palem. Akarnya
sedikit dan rimpangnya berdaging. Entalnya menggantung lemah. Daun tunggal dan
dan jumlahnya desikit saja. Bentuknya
seperti pita dan ujungnya tumpul. Pada bagian – bagian pangkalnya menyempit.
Semakin kebawah tambah sempit dan membentuk tangkai yang berdaging. Bila
tumbuhnya di tempat terbuka daunnya lebih sempit dan percabangan entalnya lebih
banyak. Bulirnya terdapat pada pangkal ental yang panjangnya 15 cm lebih.
Sporanya terletak diantara lekukan – lekukan bulir.
Daerah penyebarannya
meliputi madagaskar, Asia tropika, Polinesia, Assam utara, Indonesia, Hainan,
Malaya, Indocina dan Australia. Dapt pula tumbuh pada batu – batu yang
berlumut. Sebagai tanaman hias simbar gadang sangat menarik. Biasanya ditanam
dalam keranjang bersama – sama dengan palu tanduk uncal atau paku sarang
burung. Selain untuk tanaman hias, daun simbar gadang yang telah di haluskan
dan dicampur dengan minyak kelapa dapat dipakai untuk obat luar.
·
Platycerium
coronarium
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium coronarium
Identifikasi :
Jenis paku ini menempel
dan menggantung pada pohon besar. Perbedaan yang menonjol dari Platycerium coronarium terletak pada
daun tambahan yang bentuknya bundar hamper menyerupai cawan terbalik. Daun
penyangganya tumbuh tegak ke atas, panjangnya sampai 60 cm. pangkalnya hamper
berbentuk jantung, tebal dan berdaging, bila kering seperti gabus. Daun –
daunnya berjumbai yang panjangnya sampai
2 m. biasanya pada satu tanaman hanya terdapat beberapa batang saja. Daun
tersebut berbentuk pita yang bercabang – cabang hamper menyerupai tanduk
manjangan. Penyebarannya meliputi kawasan Malaysia. Bentuknya yang cukup
menarik ini menjadikannya tanaman hias yang digemari. Biasanya digantungkan
atau ditempelkan pada batang – batang pohon. Abu dari daunnya dapat
dipergunakan sebagai obat sakit limpa.
·
Davallia
dentuculata
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Petridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Davallia
Spesies : Davallia dentuculata.
Identifikasi :
Termasuk jenis paku yang
umumnya menumpang pada tumbuhan lain. Meskipun demikian tidak berarti
tumbuhannya hanya menumpang saja. Paku ini dapat pula tumbuh pada tanah – tanah
cadas, karang ataubatu – batu. Biasanya banyak dijumpai pada batang jenis
palem.tumbuh bersama – sama dengan paku sarang burung dan jenis paku lainnya.
Rimpangnya kuat, berdaging dan agak menjalar. Bila tumbuh – tumbuhan ini masih
muda, rimpang – rimpangnya ditutupi oleh sisik yang padat, warnanya coklat
terang. Entalnya berjumbai, panjangnya sampai 1 m. helaian daunny berbentuk
segitiga dengan tepi yang beringgit. Dun – daun ini kaku dan kuat. Permukaan
daunnya licin dan mengkilat, sehinnga mudah sekali terlihat dengan jelas.
Tumbuh oada dataran rendah.
Bentuknya cukup menarik sebagai tanaman hias. Dapat ditanam ditempat – tempat
yang terlindung maupun tempat – tempat yang terbuka.
·
Nephrolepis
falcate
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Filicinae
Ordo : Marattiales
Famili : Davallieae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis falcate
Identifikasi
:
Jenis ini sering disebut
paku cecerenean atau paku sepat. Dapat berkembang biak dengan cepat. Orang
telah banyak menanam paku ini sebagai tanaman hias. Baik sekali sebagai penutup
tanah atau hiasan batas. Selain itu juga ditanam sebagai epifit. Tumbuhnya
berumpun denganrimpang yang padat dan pajang. Rimpang – rimpang ini yang
berkembang biak dengan cepat. Tangkai daunnya rapat, pada permukaan tangkai
daun tersebut bulu – bulu berwarna coklat tua. Daun yang mandul lebih besar
ukurannya dari pada daun yang subur.
Di alam sering di temukan tumbuh
dihutan – hutan dataran rendah sampai ke pegunungan. Tumbuhnya berkelompok atau
bercampur dengan tumbuhan lain. Bila tumbuh secara epifit, dapat hidup di sela
– sela batang pohon. Di ketiak batang pohon arena tau jenis palem lainnya.
Menyukai tanah yang berbatu – batu, tanah gembur ditepi –tepi sungai dan
tebing. Di perkebunan besar paku ini termasuk tumbuhan pengganggu. Biasanya
tumbuh bersama – sama dengan alang – alang atau yang lainnya.
·
Blechnum
capance
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Pteridiales
Famili : Pteridaceae
Genus : Blechnum
Spesies : Blechnum capance
Identifikasi :
Paku ini dinamakan
munding, paku ini tumbuh di daerah pegunungan. Untuk tumbuhnya diperlukan tanah
yang berasal dari endapan lava atau batu – batuan. Di tempat – tempat yang
demikian tumbuhnya membentuk kelompo – kelompokan dalam jumlah sedang. Bila tidak demikian,
tumbuhnya bercampur denga jenis tanaman yang lain.
Paku ini berbatang tegak, yang
batangnya berdaging. Batang tersebut ditumbuhi ental yang banyak jumlahnya dan
rapat. Penyebarannya meliputi Jawa, Sumatra, Kalimantan dll. Ujung helaian anak
daun lancip. Anak – anak daun tersebut tidak bertangkai. Sorinya menutupi
permukaan ental daun subur bagian bawah. Daun mudanya berwarna ungu mengkilap
sangat menarik.
KESIMPULAN
Ciri - ciri tubuh lumut sebagai
berikut :
1. Sel - sel
penyusun tubuhnya telah memiliki dinding sel yang terdiri dari selulosa.
2.
Daun lumut umumnya setebal satu
lapis sel, kecuali ibu tulang daun, lebih dari satu lapis sel. Sel - sel daun
kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Di
antaranya terdapat sel - sel mati yang besar - besar dengan penebalan dinding
dalamnya berbentuk spiral. Sel - sel yang mati ini berguna sebagai tempat
persediaan air dan cadangan makanan.
3.
Pada tumbuhan lumut hanya terdapat
pertumbuhan memanjang dan tidak ada pertumbuhan membesar. Pada ujung batang
terdapat titk tumbuh dengan sebuah sel pemula di puncaknya. Sel pemula itu
biasanya berbentuk bidan empat (tetrader = kerucut terbalik) dan membentuk sel
- sel baru ke tiga arah menurut sisinya. Ukuran lumut yang terbatas mungkin
disebabkan tidak adanya sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan
penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
4.
Rizoid tampak seperti rambut atau
benang - benang. Berfungsi sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan
menyerap air serta garam - garam mineral (makanan). Rizoid terdiri dari satu
deret sel yang memanjang kadang - kadang dengan sekat yang tidak sempurna.
5.
Struktur sporofit (sporangium) tubuh
lumut terdiri atas:
a. vaginula, yaitu kaki yang
diselubungi sisa dinding arkegonium.
b. seta atau tangkai.
c. apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora.
d. kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora.
e. kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki kloroplas sehingga dapat berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
b. seta atau tangkai.
c. apofisis, yaitu ujung seta yang agak melebar yang merupakan peralihan antara seta dengan kotak spora.
d. kaliptra atau tudung berasal dari dinding arkegonium sebelah atas menjadi tudung kotak spora.
e. kolumela, jaringan yang tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan spora. Sporofit tumbuh pada gametofit yang hijau menyerupai daun. Sporofit memiliki kloroplas sehingga dapat berfotosintesis, tetapi juga mendapatkan makanan dari gametofit tempatnya melekat. Meiosis terjadi dalam kapsul matang pada sporofit, menghasilkan spora haploid. Spora lumut terbungkus dinding khusus yang tahan terhadap perusakan alam. Spora dapat bertahan lama dalam keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. Gametofit berbentuk seperti daun dan di bagian bawahnya terdapat rizoid sebagai ganti akar. Jika sporofit sedang tidak memproduksi spora, gametofit akan membentuk anteridium dan arkegonium untuk melakukan reproduksi seksual.
6. Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan
Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang
dihasilkna oleh sel telur.
7. Sporogonium adalah badan penghasil spora,
dengan bagian bagian :- Vaginula (kaki) - Seta (tangkai) - Apofisis (ujung seta
yang melebar) - Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam
kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
8. Struktur
tubuh tumbuhan lumut sebagai berikut.
a. Akar
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.
Tumbuhan lumut mempunyai akar semu yang disebut rizoid. Rizoid berfungsi untuk melekat pada tempat tumbuh (substrat) serta menyerap air dan unsur hara.
b. Batang
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut. Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.
Struktur batang tumbuhan lumut sebagai berikut.
1) Lumut hati dan lumut tanduk tidak berbatang dan tidak mempunyai pembuluh angkut. Tubuhnya berbentuk lembaran (talus).
2) Lumut daun mempunyai batang sederhana dengan pembuluh angkut tunggal.
c. Daun
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan mengandung kloroplas.
Lumut hati dan lumut tanduk tidak mempunyai struktur daun. Lumut daun mempunyai daun sederhana, berbentuk pipih bilateral dengan satu pembuluh angkut di dalam ibu tulang daun, dan mengandung kloroplas.
9.
Struktur Capsule
Di antara Bryopsida, struktur capsule (sporangium) dan pola aturan pengembangannya adalah kedua-duanya sangat bermanfaat untuk menggolongkan dan untuk mengidentifikasi famili-famili lumut. Kebanyakan Bryopsida menghasilkan suatu capsule dengan suatu penutup (operculum) yang jatuh, ketika spora dewasa dan siap membelah. Diawali dengan menghubungi stoma dan dikelilingi oleh satu atau dua peristomes. Peristome adalah suatu cincin / arena bersegi tiga “gigi” yang dibentuk dari sisa-sisa dinding sel yang secara khusus dikentalkan. Pada umumnya ada seperti gigi dalam peristome tunggal, dan dalam Bryopsida adalah gigi terpisah satu sama lain dan mampu kedua-duanya melipat untuk menutupi stoma sebaik seperti halnya untuk membuka stoma. Artikulasi ini dikelompokkan Arthrodontous.Ada dua dasar Arthrodontous peristome types. Pertama dimasukkan Haplolepidous dan terdiri dari lingkaran tunggal 16 peristome gigi. Kedua adalah Diplolepidous peristome ditemukan pada subclass Bryidae. Pada jenis ini, ada dua cincin / arena peristome teeth-an endostome bagian dalam (yang pendek endoperistome) dan exostome. Endostome adalah suatu selaput yang lebih menarik, dan gigi nya. Ada beberapa Bryopsida yang tidak punya peristome dalam capsule mereka. Lumut ini masih mengalami divisi sel yang sama mempola di (dalam) pengembangan capsule, tetapi gigi tidak secara penuh berkembang.Andreaeopsida dan Andreaeobryopsida apakah dibedakan oleh Biseriate (dua baris sel) rhizoids, multiseriate (banyak baris sel) protonema, dan sporangium yang merobek sepanjang bentuk membujur. Kebanyakan lumut mempunyai capsule yang membuka ada di puncak. Sphagnopsida, peat-mosses, menjadi anggota keduanya yang hidup / tinggal jenis Ambuchanania dan Sphagnum, seperti halnya fosil taxa. Kebanyakan lumut ini bentuk extensive acidic di tanah rawa. Daun-daun Sphagnum mempunyai sel yang mati yang bertukar-tukar dengan sel photosynthetic hidup. Sel yang mati membantu menyimpan air. Kecuali karakter ini, bercabang unik, thallose (diperluas dan flat / kempes) protonema, dan dengan kenampakkan sporangium menempatkannya terlepas dari lain lumut. Polytrichopsida mempunyai daun-daun dengan lamellae, yang adalah penutup pada daun-daun yang kelihatan seperti sirip pada suatu heat sink. Ini membantu mempertahankan kelembaban. Mereka berbeda dengan lain lumut lain dari anatomi dan pengembangan juga, dan dapat juga menjadi lebih besar dari hampir semua lumut, dengan e.g. Polytrichum commune yang membentuk bantal mencapai tinggi 40 cm (16 inch). Lumut daratan yang paling tinggi, anggota Polytrichidae Dawsonia superba, asli Selandia Baru dan Australia Austria.
Di antara Bryopsida, struktur capsule (sporangium) dan pola aturan pengembangannya adalah kedua-duanya sangat bermanfaat untuk menggolongkan dan untuk mengidentifikasi famili-famili lumut. Kebanyakan Bryopsida menghasilkan suatu capsule dengan suatu penutup (operculum) yang jatuh, ketika spora dewasa dan siap membelah. Diawali dengan menghubungi stoma dan dikelilingi oleh satu atau dua peristomes. Peristome adalah suatu cincin / arena bersegi tiga “gigi” yang dibentuk dari sisa-sisa dinding sel yang secara khusus dikentalkan. Pada umumnya ada seperti gigi dalam peristome tunggal, dan dalam Bryopsida adalah gigi terpisah satu sama lain dan mampu kedua-duanya melipat untuk menutupi stoma sebaik seperti halnya untuk membuka stoma. Artikulasi ini dikelompokkan Arthrodontous.Ada dua dasar Arthrodontous peristome types. Pertama dimasukkan Haplolepidous dan terdiri dari lingkaran tunggal 16 peristome gigi. Kedua adalah Diplolepidous peristome ditemukan pada subclass Bryidae. Pada jenis ini, ada dua cincin / arena peristome teeth-an endostome bagian dalam (yang pendek endoperistome) dan exostome. Endostome adalah suatu selaput yang lebih menarik, dan gigi nya. Ada beberapa Bryopsida yang tidak punya peristome dalam capsule mereka. Lumut ini masih mengalami divisi sel yang sama mempola di (dalam) pengembangan capsule, tetapi gigi tidak secara penuh berkembang.Andreaeopsida dan Andreaeobryopsida apakah dibedakan oleh Biseriate (dua baris sel) rhizoids, multiseriate (banyak baris sel) protonema, dan sporangium yang merobek sepanjang bentuk membujur. Kebanyakan lumut mempunyai capsule yang membuka ada di puncak. Sphagnopsida, peat-mosses, menjadi anggota keduanya yang hidup / tinggal jenis Ambuchanania dan Sphagnum, seperti halnya fosil taxa. Kebanyakan lumut ini bentuk extensive acidic di tanah rawa. Daun-daun Sphagnum mempunyai sel yang mati yang bertukar-tukar dengan sel photosynthetic hidup. Sel yang mati membantu menyimpan air. Kecuali karakter ini, bercabang unik, thallose (diperluas dan flat / kempes) protonema, dan dengan kenampakkan sporangium menempatkannya terlepas dari lain lumut. Polytrichopsida mempunyai daun-daun dengan lamellae, yang adalah penutup pada daun-daun yang kelihatan seperti sirip pada suatu heat sink. Ini membantu mempertahankan kelembaban. Mereka berbeda dengan lain lumut lain dari anatomi dan pengembangan juga, dan dapat juga menjadi lebih besar dari hampir semua lumut, dengan e.g. Polytrichum commune yang membentuk bantal mencapai tinggi 40 cm (16 inch). Lumut daratan yang paling tinggi, anggota Polytrichidae Dawsonia superba, asli Selandia Baru dan Australia Austria.
10. Silkus hidup
Terdapat 2 fase,
yaitu fase haploid (merupakan generasi seksual atau generasi gametofit) dan
fase diploid (generasi aseksual atau sporofit)
g. Gametofit adalah generasi pembentuk gamet, membentuk talus yg
sederhana, merupakan tumbuhan yg hidup bebas
h. Sporofit adalah sporogonium, yaitu generasi yg menghasilkan spora,
merupakan suatu badan yg dibedakan atas kaki, seta dan kapsul
i.
Tumbuhan lumut dikatakan mempunyai
generasi yg heteromorfik karena sporofit berbeda dengan gametofit
j.
Sporofit menghasilkan spora yg
bentuk dan ukurannya sama, disebut homospor atau isospor
k. Spora tumbuh menjadi protonema, selanjutnya tumbuh tumbuhan lumut yang
menghasilkan anteridium dan arkegonium. Apabila terjadi pembuahan terbentuklah
zigot yang akan tumbuh menjadi embrio, selanjutnya akan berkembang menjadi
sporogonium (selama hidupnya tetap tinggal pada gametofit), Di dalam
sporogonium terjadi reduksi akhirnya ternemtuk spora.
l.
Apabila lingkungan tidak memenuhi
syarat, maka dapat terjadi penyimpangan dari siklus hidup yg normal, yaitu
terjadi peristiwa :
-
Apogami : terbentuknya sporofit
tanpa melalui persatuan gamet, misalnya sel telur yg tidak dibuahi tumbuh membentuk
sporofit
-
Apospori : terbentunya gametofit
tanpa melalui pembentukan spora, misalnya beberapa sel dari sporofit (mungkin
bagian dinding sporogonium) dapat tumbuh dan berkembang menjadi gametofit.
Tumbuhan lumut yang sudah dikenal manfaatnya sebagai obat-obatan terbagi
atas dua golongan yaitu lumut hati dan lumut daun. Beberapa tumbuhan lumut
tersebut antara lain:
1. Marchantia polymorpha dikenal juga dengan lumut hati, jenis tersebut dapat digunakan sebagai obat hepatitis, menghilangkan racun akibat gigitan ular.
2. Conocephalum conicum, juga termasuk lumut hati, berfungsi sebagai antibakteri, antifungi, mengobati luka bakar dan luka luar.
3. Frullania tamarisci, merupakan lumut hati yang dapat digunakan sebagai obat antiseptik.
4. Fissidens japonicum, merupakan lumut daun, dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan rambut.
5. Rhodobryum giganteum, merupakan jenis lumut daun yang dapat mengobati tekanan darah tinggi dan sebagai sedatif atau obat bius.
6. Cratoneuron filicinum, termasuk lumut daun yang mengandung senyawa untuk mengobati penyakit jantung.
7. Haplocladium catillatum, merupakan lumut daun, yang berguna untuk mengobati mengobati pneumonia.
1. Marchantia polymorpha dikenal juga dengan lumut hati, jenis tersebut dapat digunakan sebagai obat hepatitis, menghilangkan racun akibat gigitan ular.
2. Conocephalum conicum, juga termasuk lumut hati, berfungsi sebagai antibakteri, antifungi, mengobati luka bakar dan luka luar.
3. Frullania tamarisci, merupakan lumut hati yang dapat digunakan sebagai obat antiseptik.
4. Fissidens japonicum, merupakan lumut daun, dapat digunakan untuk membantu pertumbuhan rambut.
5. Rhodobryum giganteum, merupakan jenis lumut daun yang dapat mengobati tekanan darah tinggi dan sebagai sedatif atau obat bius.
6. Cratoneuron filicinum, termasuk lumut daun yang mengandung senyawa untuk mengobati penyakit jantung.
7. Haplocladium catillatum, merupakan lumut daun, yang berguna untuk mengobati mengobati pneumonia.
Secara ringkas tumbuhan paku memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Berbeda dengan tumbuhan lumut,
tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu,
tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora.
2.
Baik pada akar, batang, dan daun,
secara anatomi tumbuhan paku sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem
yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk
proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke
seluruh bagian tubuh tumbuhan.
3.
Habitat tumbuhan paku ada yang di
darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel.
4.
Pada waktu masih muda tumbuhan,
biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik.
5.
Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat
bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual
dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina.
6.
Dalam siklus hidup (metagenesis)
tumbuhan paku terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri.
7.
Fase sporofit pada metagenesis
tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya.
8.
Tumbuhan paku memiliki klorofil sehingga
cara hidupnya hidupnya fotoautotrof.
Tumbuhan Paku memiliki manfaat atau peranan antara
lain :
1. Sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan.
Beberapa jenis tumbuhan paku dimanfaatkan manusia sebagai bahan baku dalam membuat obat-obatan. Jenis-jenis tumbuhan paku tersebut diantaranya adalah :
- Lycopodium clavatum
- Aspidium sp
- Dryopteris filix-mas
2. Sebagai sayur-mayur yang sehat
Beberapa jenis tumbuhan paku seperti Marsilea crenata (semanggi) dan Salvinia natans (paku sampan atau kiambang) dapat dimanfaatkan sebagai sayuran yang memiliki nutrisi yang baik untuk tubuh. Bisa dimakan langsung sebagai lalap atau pun dimasak sebagai sayur lodeh.
3. Sebagai Pupuk Hijau
Tumbuhan paku juga dapat kita manfaatkan untuk membuat pupuk hijau. Beberapa jenis tumbuhan paku yang dipakai untuk membuat pupuk ini diantaranya adalah Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan anabaena azollae (gangang biru). Pupuk dari tumbuhan paku ini bisa menyuburkan tanaman sebagai alternatif pengganti pupuk kimia.
4. Sebagai tanaman hias
Selain beberapa manfaat di atas, tumbuhan paku bisa juga dimanfaatkan sebagai sebuah tanaman hias. Rumah anda bisa terlihat indah oleh tumbuhan paku jenis ini. Berikut adalah jenis tumbuhan paku yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
·
Platycerium nidus (paku tanduk rusa)
·
Asplenium nidus (paku sarang burung)
·
Adiantum cuneatum (suplir)
·
Selaginella wildenowii (paku
rane)
4.Bahan bangunan, contoh : Alsophila glauca
5.Alat pengosok / pembersih, , contoh : Equisetum
debile
Campbell,
Neil A. 2008. CAMPBELL (BIOLOGI). Erlangga. Jakarta
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2009. TAKSONOMI TUMBUHAN. UGM Press. Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar